BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perencanaan Laba Jangka Pendek dilakukan sebagai bagian dari prosespenyusunan anggaran perusahaan
Dalam perencanaan laba jangka pendek, manajemen mempertimbangkan berbagai usulan yang berakibat pada :
· Harga Jual
· Volume Penjualan
· Biaya Variabel
· Biaya Tetap
· Laba bersih
Oleh karena itu dalam perencanaan jangka pendek manajemen membutuhkan informasi akuntansi differensial berupa :
(1) Taksiran pendapatan diferensial
(2) Taksiran biaya diferensial yang berdampak pada laba bersih
Dampak terhadap laba bersih tersebut menjadi salah satu pertimbangan dalam memutuskan usulan kegiatan dalam proses perencanaan anggaran.
1.2. Permasalahan
I. Parameter Penyusunan Anggaran
· Impas
· Margin of safety
· Shut – down point
· Degree of operating leverage
· Laba kontribusi perunit (Contribution margin)
II. Rekayasa Parameter Untuk Perencanaan Laba Jangka Pendek
BAB II
PEMBAHASAN
I. Perencanaan Laba Jangka Pendek
Berhasil atau tidaknya perusahaan adalah dapat melihat kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan datang baik jangka pendek maupun jangka panjang. Karena itu tugas manajemen untuk membuat perencanaan yang pada dasarnya kegiatan membentuk masa depan, yang pada intinya memutuskan berbagai macam alternatif & perumusan kebijakan yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang.
Ukuran yang dipakai untuk melihat berhasil tidaknya manajemen perusahaan adalah laba yang diperoleh oleh perusahaan. Laba dipengaruhi oleh tiga faktor :
a. volume produk yang dijual yang langsung mempengaruhi volume produksi, volume produksi mempengaruhi laba
b. Harga jual produk yang mempengaruhi volyme penjualan
c. Biaya yang menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang dikehendaki
Perencanaan laba jangka pendek dilakukan oleh manajemen dalam proses penyusunana anggaran perusahaan. Dalam proses penyusunan anggaran, manajemen selalu menghadapi pertanyaan “what if’ yaitu pertanyaan apa yang akan terjadi jika sesuatu dipilih oleh manajemen. Perencanaan laba jangka pendek dapat dilaksanakan dengan mudah jika didasarkan pada laporan laba-rugi projeksian, yang disusun berdasarkan metode variable costing.
Oleh karena itu dalam perencanaan laba jangka pendek, Hubungan antara biaya, volume & laba memegang peranan penting karena merupakan teknik untuk menghitung dampak perubahan harga jual, volume penjualan & biaya terhadap laba untuk membantu manajemen dalam proses penyusunan anggaran. Manajemen mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan yang berakibat terhadap perubahan harga jual, volume penjualan, biaya variabel dan atau biaya tetap yang akhirnya akan berdampak terhadap laba bersih. Dampak terhadap laba bersih ini yang menjadi salah satu pertimbangan penting manajemen dalam memutuskan berbagai usulan kegiatan dalam proses penyusunan anggaran perusahaan.
Alat analisis yang mampu memberikan kontribusi yang sangat besar dalam proses penyusunan anggaran dan berbagai parameter yang bermanfaat untuk perencanaan laba jangka pendek yaitu:
1. Impas
Impas memberikan informasi tingkat penjualan suatu usaha yang labanya sama dengan nol. Paramater ini memberikan informasi kepada manajemen, dari jumlah target pendapatan penjualan yang dianggarkan, berapa pendapatan penjualan minimum yang harus dicapai agar usaha perusahaan tidak mengalami kerugian.
2. Margin of safety
Memberikan informasi berapa volume penjualan yang dianggarkan atau pendapatan penjualan tertentu maksimum boleh turun agar suatu usaha tidak menderita rugi.
3. Shut – down point
Memberikan informasi pada tingkat penjualan berapa suatu usaha secara ekonomis sebaiknya ditutup karena pendapatan penjualannya hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tunai saja.
4. Degree of operating leverage
Memberikan informasi berapa kali lipat presentase tertentu perubahan pendapatan penjualan mengakibatkan perubahan laba bersih.
5. Laba kontribusi perunit (Contribution margin)
Memberikan informasi kemampuan suatu produk dalam memanfaatkan sumber daya yang langka untuk memberikan kontribusi dalam menutup biaya tetap dan menghasilkan laba. (Kelebihan pendapatan penjualan di atas biaya variabel)
Berbagai parameter tersebut memberikan bantuan yang penting bagi manajemen dalam mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan dalam proses penyusunan anggaran perusahaan.
Dalam proses perencanaan laba jangka pendek manajemen memerlukan informasi akuntansi diferensial untuk mempertimbangkan dampak perubahan volume penjualan, harga jual & biaya terhadap laba perusahaan. Analisis impas & analisis biaya-volume-laba merupakan teknik untuk membantu manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek.
Untuk memberikan gambaran proses perencanaan laba jangka pendek, berikut ini diberikan
Contoh 1 .
Departemen anggaran PT.X menyajikan laporan L/R projeksian (Projected Income Statement ) untuk tahun anggaran 20X2 sbb:
PT. X Laporan Laba Rugi Projeksian Tahun Anggaran 20X2 |
| Jumlah | % |
Pendapatan penjualan | Rp. 500.000.000 | 100% |
Biaya Variabel | Rp. 300.000.000 | 60% |
Laba kontribusi | Rp. 200.000.000 | 40% |
Biaya tetap | Rp. 150.000.000 | 30% |
Laba bersih | Rp. 50.000.000 | 10% |
Dalam proses penyusunan anggaran induk perusahaan, laporan L/R yang disusun dengan metode variable costing yang membantu manajemen puncak dalam mempertimbangkan usulan kegiatan yang diajukan oleh manajemen menengah. Keputusan jangka pendek umumnya menyangkut penambahan / pengurangan volume kegiatan.
Dari laporan L/R yang disusun menurut metode variabel costing, manajemen dapat memperoleh pemanfaatan dari alat-alat analisis diatas yaitu :
1. Impas
Dari lap.L/R diatas target pendapatan (revenues) yang diharapkan perusahaan Rp. 500.000.000, dari target tersebut manajemen memerlukan informasi berapa pendapatan minimum yang harus dicapai perusahaan untuk tahun anggaran yang akan datang agar tidak rugi. Dari target tersebut diatas impas dapat dihitung sebesar Rp. 375.000.000 ( Rp. 500.000.000 / 40 % ). Angka tersebut diatas menunjukkan bahwa dari target pendapatan penjualan (revenues) yang direncanakan sebesar Rp. 500.000.000 minimum perusahaan harus dapat menjual Rp. 375.000.000 agar perusahaan tidak rugi.
Jika perusahaan mampu memperoleh pendapatan penjualan diatas impas, perusahaan baru dapat menghasilkan laba. Semakin rendah impas berarti semakin besar kemungkinan perusahaan memperoleh kesempatan untuk mendapatkan laba.
2. Margin Of Safety
Dari target pendapatan penjualan tersebut, manajemen memerlukan informasi berapa jumlah maksimum penurunan target pendapatan penjualan boleh terjadi, agar penurunan tersebut tidak mengakibatkan perusahaan menderita kerugian. Untuk menjawab pertanyaan tersebut manajemen memerlukan informasi margin of safety dari anggaran laba projeksian tahun anggaran yang akan datang. Dari data dalam contoh 1. karena impas diatas sebesar 375.000.000, maka jumlah maksimum penurunan target pendapatan penjualan yang tidak menyebabkan perusahaan mengalami kerugian adalah Rp. 125.000.000 ( Rp. 500.000.000 – Rp. 375.000.000 ) atau 25% (Rp. 125.000.000/Rp.500.000.000).
- Semakin besar margin of safety semakin besar kesempatan perusahaan memperoleh laba, semakin kecil margin of safety semakin rawan perusahaan terhadap penurunan target pendapatan penjualan.
- Jika margin of safety ratio, yang merupakan ratio antara margin of safety dan pendapatan penjualan sebesar 25%, berarti penurunan target pendapatan penjualan sedikit diatas 25% telah menyebabkan perusahaan menderita kerugian.
3. Titik penutupan usaha ( Shut Down Point )
Suatu usaha tidak layak secara ekonomis untuk dilanjutkan jika pendapatan penjualannnya tidak cukup untuk menutup biaya tunainya. Dari contoh 1 diketahui bahwa biaya tetap perusahaan tersebut sebesar Rp. 150.000.000, 100.000.000 merupakan biaya tunai, maka anggaran thn 20X2, titik penutupan usaha sebesar Rp.250.000.000 ( 100.000.000/40%). Hal ini berarti dibawah pendapatan penjualan sebesar 250.000.000, usaha perusahaan secara ekonomis tidak pantas dilanjutkan karena pendapatan penjualan dibawah jumlah terebut akan mengakibatkan perusahaan tidak mampu membayar biaya tunainya.
4. Degree of Operating Leverage
Ukuran ini menunjukkan persentase perubahan laba bersih sebagai dampak terjadinya sekian persen perubahan pendapatan penjualan. Dari contoh diatas DOL dihitung adalah 4X (Rp. 200.000.000/Rp. 50.000.000) yang berarti setiap 1% kenaikan pendapatan penjualan akan mengakibatkan 4% (4X1%) kenaikan laba bersih.
Jika usulan kegiatan diharapkan dapat menaikkan pendapatan penjualan sebesar 5% maka dalam tahun anggaran tersebut laba bersih perusahaan akan mengalami kenaikan 20% (4X5%).
5. Laba kontribusi perunit
- Kelebihan pendapatan penjualan diatas biaya variabel
- Memberikan gambaran jumlah yang tersedia untuk menutup biaya tetap & menghasilkan laba.
- Semakin besar laba kontribusi, semakin besar kesempatan yang diperoleh perusahaan untuk menutup biaya tetap & untuk menghasilkan laba.
Laba kontribusi perunit merupakan merupakan laba kontribusi dibagi dengan volume penjualan. Jika informasi laba kontribusi perunit dihubungkan dengan penggunaan sumber daya yang langka (scarce resources), manajemen akan memperoleh informasi kemampuan berbagai macam produk untuk menghasilkan laba. Informasi ini memberikan landasan bagi manajemen dalam pemilihan produk yang menghasilkan laba tertinggi.
Contoh laba kontribusi setiap produk disajikan berikut ini:
A B C Total
Volume penjualan 500 300 200 1000
Pendapatan penjualan Rp.700.000 Rp.500.000 Rp.1.000.000 Rp. 2.500.000
Biaya Variabel 300.000 500.000 600.000 1.400.000
Laba kontribusi Rp.400.000 Rp.300.000 Rp.400.000 Rp.1.100.000
Biaya tetap 800.000
Laba bersih Rp. 300.000
Laba kontribusi perunit Rp. 800 Rp. 1.000 Rp. 2.000 Rp. 1.100
Produk | Konsumsi Jam mesin perunit Produk | Jumlah produk yang dihasilkan perjam mesin 1: (1) | Contribition margin perunit produk | Contribition margin Per jam mesin (2) X (3) | Peringkat kemampuan produk dalam memanfaatkan sumberdaya yang langka |
| (1) | (2) | (3) | (4) | (5) |
A | 5 | 0,20 | Rp. 800 | 160 | 1 |
B | 10 | 0,10 | 1000 | 100 | 2 |
C | 25 | 0,04 | 2000 | 80 | 3 |
Gbr. 9.1. Laba kontribusi perunit sumber daya yang langka
Dari contoh diatas seolah-olah produk C menghasilkan laba kontribusi perunit sebesar Rp.2000 yang memiliki kemampuan tertinggi untuk memberikan kontribusi dalam menutup biaya tetap & untuk menghasilkan laba. Kemampuan produk dalam menutup biaya tetap & menghasilkan laba tidak diukur hanya atas dasar informasi laba kontribusi perunit, namun diukur dari laba kontribusi perunit yang dihubungkan dengan pemanfaatan sumber daya yang langka.Contoh dapat dilihat pada gbr. 9.1
Dari gambar tersebut ternyata produk A menduduki peringkat pertama dalam kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang langka ( jam mesin )untuk menutup biaya tetap & menghasilkan laba. Setiap jam mesin yang dimanfaatkan untuk memproduksi produk A mampu menghasilkan laba kontribusi sebesar Rp. 760 per jam mesin.
II. Rekayasa Parameter Untuk Perencanaan Laba Jangka Pendek
1. Impas
Impas (break-even) adalah:
a. keadaan usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi.
b. jika jumlah pendapatan ( revenues ) sama dengan jumlah biaya
c. laba kontribusi hanya bisa menutupi biaya tetap saja.
d. Suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi dan laba sama dengan 0
Ada 2 cara untuk menentukan impas :
a. Pendekatan teknik persamaan
b. Pendekatan grafis
a. Pendekatan teknik persamaan
Penentuan impas dengan teknik persamaan dilakukan dengan mendasarkan pada persamaan pendapatan sama dengan biaya ditambah laba.Atau laba adalah sama dengan pendapatan penjualan dikurangi biaya. Dapat dinyatakan dalam persamaan sbb:
Y=cx-bx-a
Keterangan :
y=laba
c=harga jual persatuan
x=jumlah produk yang dijual
b=biaya variabel persatuan
a=biaya tetap
Jika persamaan tersebut dinyatakan dalam laporan laba rugi metode variable costing, persamaan tersebut sbb:
Pendapatan penjualan cx
Biaya variabel bx _ _
Laba kontribusi cx-bx
Biaya Tetap a _ _
Laba bersih y
Perusahaan akan mencapai keadaan impas jika jumlah pendapatan sama dengan jumlah biaya (laba=0),atau jika dinyatakan dalam persamaan sbb:
0 = cx - bx
cx = bx + a
Persamaan tersebut diselesaikan sbb:
cx – bx = a
x(c-b) = a
x’ = a / (c-b)
Keterangan :
cx = bx + a Pendapatan penjualan = biaya
cx – bx = a Laba kontribusi = biaya tetap
x’ = a / (c-b) Impas (dalam satuan produk) = biaya tetap dibagi dengan selisih antara harga jual persatuan dengan biaya variabel persatuan
X’ adalah kuantitas yang dijual pada keadaan impas
Jadi rumus perhitungan impas dalam satuan produk yang dijual adalah :
Impas dlm (Q) = Biaya tetap _
Harga jual persatuan – Biaya variabel persatuan
Impas dalam rupiah penjual dapat dicari rumusnya dengan cara mengalikan rumus impas tersebut diatas dengan c, yaitu harga jual persatuan produk.
Jadi rumus perhitungan impas dalam rupiah penjualan adalah sbb:
Catatan : 1 - b/c disebut marginal income ratio atau contribution margin ratio. Yaitu hasil bagi laba kontribusi dengan pendapatan penjualan.
Jadi impas dalam rupiah penjualan dpt dihitung dengan rumus sbb:
Impas (Rp) = Biaya tetap _
Contribution margin ratio
Contoh 2:
Dalam suatu pasar malam, pak Amat akan membuka tempat penitipan sepeda. Dia menyewa tempat yang dapat menampung 500 sepeda. Sewa tersebut permalam Rp.1.500. Untuk menjaga sepedadia akan mepekerjakan dua orang, dengan upah Rp. 1.000 semalam perorang, ditambah upah insentif sebesar Rp. 2,50 perorang untuk setiap sepeda yang masuk titipan. Tarif titipan yang dibebankan kepada pemakai jasa adalah sebesar Rp 25 persepeda semalam. Perhitungan proyeksi laba permalam apabila 500 sepeda masuk ke tempat penitipan sepeda pak Amat disajikan sbb:
|
| JUMLAH | % |
Pendapatan penjualan jasa titipan sepeda | 500 X Rp.25 | Rp. 12.500 | 100 |
Biaya variabel: |
|
|
|
Upah insentif untuk dua karyawan | 500 X 2 X Rp. 2.50 | 2.500 | |
Laba kontribusi |
| Rp. 10.000 | |
Biaya tetap: |
|
|
|
Sewa tempat titipan |
| Rp. 1.500 |
|
Upah dua orang karyawan |
| 2.000 | |
|
| Rp. 3.500 | |
Laba bersih |
| Rp. 6.500 | |
Pak Amat ingin memperoleh informasi berapa jumlah minimum sepeda yang harus masuk setiap malam ketempat penitipan sepedanya,agar usaha titipan tersebut tidak mengalami kerugian.
Jumlah sepeda minimum yang harus masuk setiap malam agar usaha pak Amat dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan semalam adalah :
Impas ( dlm kuantitas ) = Biaya tetap _
Harga jual persatuan – By Variabel persatuan
= 3.500 _ = 175
25-5
Jika sepeda yang masuk titipan semalam minimum berjumlah 175 buah, maka usaha pak Amat akan dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan semalam, sehingga usaha tersebut tidak mengalami kerugian.
Impas juga dapat dinyatakan dalam jumlah rupiah pendapatan dari usaha titipan sepeda sbb:
Impas (Rp) = Biaya tetap _
Contribution Margin ratio
= 3.500 _ = Rp.4.375
80%
Jika pada suatu malam pak Amat menerima uang pendapatan penjualan jasa titipan sepeda sebanyak Rp.4.375, dia dapat tenang hatinya karena dari pendapatan penjualan jasa tersebut, minimum dia sudah dapat menutup biaya yang dikeluarkan malam ini. Dengan kata lain sepeda yang masuk sudah mendatangkan laba 80% (contribution margin ratio) dari uang pendapatan penjualan jasa titipan sepeda yang diterimanya.
Bukti bahwa pada pak Amat menerima uang pendapatan penjualan jasa titipan sebanyak Rp.4.375 usahanya belum memperoleh laba,tetapi juga tidak rugi dapat diikuti dalam perhitungan sbb:
Pendapatan penjualan jasa titipan sepeda 175 x Rp.25 = Rp. 4.375
Biaya variabel 175 x Rp. 5 =Rp. 875
Laba kontribusi Rp. 3.500
Biaya tetap :
Sewa tempat titipan Rp. 1.500
Upah dua orang karyawan Rp. 2.000 Rp. 3.500
Contoh 3:
PT. Eliona memproduksi produk A. Rencana produksi untuk thn anggaran 20X1 adalah sbb:
Kg
Sediaan awal 100
Rencana produksi 1.100
1.200
Rencana penjualan 1.000
Laporan Biaya Produksi Projeksian Thn 20x1
Biaya variabel standar per kg produk : |
|
Biaya bahan baku | Rp. 10.000 |
Biaya tenaga kerja variabel | 7.000 |
Biaya overhead variabel | 8.000 |
Jumlah biaya produksi variabel | Rp. 25.000 |
Biaya administrasi & umum variabel | 10.000 |
Biaya pemasaran variabel | 8.000 |
Jumlah biaya variabel | Rp.43.000 |
Biaya tetap pertahun terdiri dari : |
|
Biaya overhead pabrik tetap | Rp.37.400.000 |
Biaya pemasaran tetap | 15.000.000 |
Biaya administrasi & umum | 25.000.000 |
Jumlah biaya tetap setahun | Rp. 77.400.000 |
|
|
Harga jual produk Rp. 172.000 per kg |
PT. ELIONA Laporan Laba-Rugi Tahun 20x1 Projeksian |
|
|
| Jumlah | % |
Pendapatan penjualan Biaya variabel: Sediaan awal Biaya produksi variabel Sediaan akhir Biaya non produksi variabel: By. pemasaran variabel By. administrasi & umum variabel Jumlah biaya variabel Laba kontribusi Biaya tetap: Biaya overhead pabrik tetap Biaya pemasaran tetap Biaya administrasi & umum tetap Jumlah biaya tetap Laba bersih | 1000X Rp 172.000 100 X Rp. 25.000 1.100X Rp. 25.000 200 X Rp. 25.00 1.000 X Rp.8.000 1.000 X Rp.10.000 | Rp. 2.500.000 Rp.27.500.000 Rp.30.000.000 5.000.000 Rp. 25.000.000 8.000.000 10.000.000 Rp. 37.400.000 15.000.000 25.000.000 | Rp. 172.000.000 Rp.43.000.000 Rp. 129.000.000 Rp. 77.400.000 Rp. 51.600.000 | 100% 25% 75% |
Dari informasi diatas diperoleh perhitungan :
Impas (Rp) = Rp. 77.400.000 = Rp.103.200.000
75 %
Dari target pendapatan penjualan sebesar Rp.172.000.000 dlm thn 20X1,minimum PT.Eliona harus mencapai pendapatan penjualan sebesar Rp.103.200.000 agar perusahaan tidak menderita kerugian. Kuantitas produk minimum yang harus dijual agar perusahaan tidak mengalami kerugian, maka :
Impas (kg) = Rp.77.400.000 = 600 kg
Rp.172.000 – Rp. 43.000
Dalam setiap penjualan 1 kg produk A berikutnya, perusahaan akan memperoleh laba sebesar Rp.129.000 (75% X Rp.172.000) karena biaya tetap seluruhnya telah tertutup dari penjualan 600 kg tersebut.
Misalkan dalam contoh 2 diatas , manajemen memerlukan informasi pada volume penjualan berapa perusahaan harus menjual produknya dalam tahun anggaran 20X1 untuk mendapatkan keuntungan misalnya Rp. 90.000.000. Maka Perencanaan volume penjualan dihitung sbb:
Volume penjualan = Biaya tetap + Laba yang diinginkan Contribution Margin ratio
Berdasarkan data dalam contoh 2 diatas , volume penjualan yang dapat menghasilkan laba bersih Rp.90.000.000 dihitung sbb:
Volume penjualan (Q) = 77.400.000 + 90.000.000 = 1,297 kg
127.000 – 43.000
Volume penjualan (Rp) = 77.400.000 + 90.000.000 =Rp. 223.200.000
75 %
Jika dalam tahun 20X1 PT. Eliona mencapai tingkat penjualan sebanyak 1,297 kg atau dalam rupiah Rp. 223.200.000, maka laba bersih diperkirakan Rp. 90.000.000
b. Perhitungan Impas dengan pendekatan grafis
Titik pertemuan antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya merupakan titik impas. Untuk dapat menentukan titik impas, harus dibuat grafik dengan sumbu datar menunjukkan volume penjualan, sedangkan sumbu tegak menunjukkan biaya dan pendapatan.
Jika harga jual produk persatuan sebesar c, kuantitas produk yang dijual sebesar X,biaya tetap sebesar a dan biaya variabel sebesar b persatuan x, untuk volume penjualan sebesar X maka :
Pendapatan penjualan = cx
Biaya variabel = bx
Biaya tetap = a
Contoh 4
Dalam contoh 2 diatas diketahui bahwa :
Harga jual produk persatuan (c) = Rp. 172.000
Biaya variabel persatuan (b) = Rp. 43.000
Biaya tetap pertahun (a) = Rp. 77.400.000
Untuk berbagai macam volume penjualan (x) pendapatan penjualan,biaya variabel,biaya tetap dan total biaya disajikan berikut ini:
Angka Rupiah Dalam Ribuan |
Volume Penjualan | Pendapatan Penjualan | Biaya Variabel | Biaya tetap | Total Biaya | Laba (Rugi) |
x | cx | bx | a | a+bx | cx-(a+bx) |
1.000 | Rp.172.000 | Rp. 43.000 | Rp. 77.400 | Rp.120.400 | Rp. 51.600 |
800 | 137.600 | 34.400 | 77.400 | 111.800 | 25.800 |
600 | 103.200 | 25.800 | 77.400 | 103.200 | 0 |
400 | 68.800 | 17.200 | 77.400 | 94.600 | (25.800) |
200 | 34.400 | 8.600 | 77.400 | 86.000 | (51.600) |
Apabila data diatas disajikan dalam bentuk grafik, maka akan tampak pada gambar 9.2
Impas Dalam Lingkungan Manufaktur Maju
Karakteristik biaya produksi dalam lingkungan manufaktur maju ditandai dengan berkurangnya unsur biaya tenaga kerja langsung dan membesarnya proporsi biaya overhead pabrik. Teknologi manufaktur maju memungkinan peusahaan melakukan diversifikasi produk yang diproduksi dan menyebabkan semakin besarnya proporsi biaya overhead yang tidak berkaitan dengan unit produk yang diproduksi (non unit related overhead costs). Unsur biaya produksi dalam lingkungan manufaktur maju digambarkan pada gambar 9.3.
Setiap produk yang diproduksi mengkonsumsi non unit related overhead costs) dengan proporsi yang berbeda-beda.
Beda perhitungan impas konvensional dengan activity based costing terletak pada unsur biaya variabel berdasarkan perilaku biaya dalam hibungannya dengan unit level activities saja.
Dalam perhitungan impas konvensional, total biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel, yang dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
K = a + bx
Keterangan :
K = total biaya
a = total biaya tetap
b = biaya variabel perunit
x = unit level activities
Dalam perhitungan impas berdasarkan activity based costing, total biaya terdiri dari biaya tetap dan berbagai tipe biaya variabel, yang dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
K = a + b1x1 + b2x2 + b3x3
Keterangan :
k = Total biaya
a = facility sustaining activity cost
b1 = biaya variabel persatuan unit level activity
b2 = biaya variabel persatuan batch related activity
b3 = biaya variabel persatuan product sustaining activity
x1 = unit level activities
x2 = batch related activities
x3 = product sustaining activities
Jika harga jual persatuan produk sama dengan c, maka persamaan laba berdasarkan activity based costing adalah :
Y = cx1 - a – b1x1 – b2x2 – b3x3
Keterangan :
Y = laba
cx1 = Pendapatan penjualan (harga jual perunit kali kuantitas yang dijual yang ditunjukkan oleh unit level activities)
a = facility sustaining activity costs
b1 = biaya variabel persatuan unit level activity
b2 = biaya variabel persatuan batch related activity
b3 = biaya variabel persatuan product sustaining activity
x1 = unit level activities
x2 = batch related activities
x3 = product sustaining activities
Dari persamaan dapat dihitung rumus perhitungan impas berdasarkan activity based costing :
X’ = a + b2x2 + b3x3
c-b1
Keterangan :
x’= volume penjualan pada kondisi impas
a = facility sustaining activity costs
b1 = biaya variabel persatuan unit level activity
b2 = biaya variabel persatuan batch related activity
b3 = biaya variabel persatuan product sustaining activity
x1 = unit level activities
x2 = batch related activities
x3 = product sustaining activities
Contoh 5
PT X memproduksi satu macam produk dengan struktur biaya sebagai berikut :
Biaya variabel perunit Rp. 12.000
Biaya tetap setahun Rp. 100.000.000
Harga jual produk perunit Rp. 20.000
Impas dengan pendekatan konvensional :
Berdasarkan data tersebut dihitung impas dengan pendekatan konvensional yaitu :
Impas = Biaya tetap
= Harga jual perunit – biaya variabel perunit
= 100.000.000 _
20.000 - 12.000
= 12.500 unit
Impas dengan pendekatan activity based costing
Dengan pendekatan activity based costing, biaya diatas perlu dirinci lebih lanjut seperti disajikan berikut:
Jenis biaya Jumlah cost driver Cost driver Biaya/unit
Unit level activity costs
Biaya bahan baku Rp. 6.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp. 5.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp. 500
Biaya pemasaran variabel Rp. 500
Unit yg dijual Rp. 12.000
Batch related activity costs 20 jam setup Rp. 1.000.000
Product sustaining activity costs 1.000 jam rekayasa Rp. 30.000
Facility sustaining activity costs Rp. 50.000.000
Dari data diatas dapat dihitung biaya tetap sbb :
Batch related activity costs 20 x Rp. 1.000.000 Rp. 20.000.000
Product sustaining activity costs 1.000 x Rp. 30.000 30.000.000
Facility sustaining activity costs 50.000.000
Biaya tetap dgn pendekatan activity based costing Rp.100.000.000
Impas = Facility sustaining activity costs + Product sustaining activity costs + Batch related activity costs
Harga jual/unit – Unit level activity cost
= Rp. 50.000.000 + ( 20 x Rp. 1.000.000 ) + ( 1000 x Rp. 30.000)
Rp. 20.000 – Rp. 12.000
= 12.500 unit
2. Margin Of Safety
Analisis impas memberikan informasi mengenai berapa jumlah volume penjualan minimum agar perusahaan tidak menderita kerugian. Jika angka impas dihubungkan dengan angka pendapatan penjualan yang dianggarkan atau pendapatan penjualan tertentu, akan diperoleh informasi berapa volume penjualan yang dianggarkan atau pendapatan penjualan tertentu boleh turun agar perusahaan tidak menderita rugi. Selisih antara volume penjualan yang dianggarkan dengan volume penjualan impas merupakan angka margin of safety.
Dalam contoh 3, PT. Eliona merencanakan volume penjualan dalam tahun anggaran 20X1 sebesar Rp. 172.000.000 sedangkan menurut perhitungan, impas tercapai pada volume penjualan sebesar Rp. 103.200.000. Angka margin Of Safety adalah sebesar Rp. 68.800.000 (Rp. 172.000.000 – Rp. 103.200.000). Atau jika dinyatakan dalam persentase dari angka volume penjualan yang dianggarkan adalah sebesar 40% (Rp. 68.800.000 / Rp.172.000.000).
Angka margin of safety ini memberikan informasi berapa maksimum volume penjualan yang direncanakan tersebut boleh turun, agar perusahaan tidak menderita rugi atau dengan kata lain angka margin of safety memberikan petunjuk jumlah maksimum penurunan volume penjualan yang direncanakan,yang tidak mengakibatkan kerugian. Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa jika volume penjualan tahun 20X1 yang dianggarkan tersebut tidak dapat dicapai, maka maksimum penurunan yang boleh terjadi adalah sebesar Rp. 68.800.000 atau 40% nya, agar perusahaan tidak menderita kerugian.
Angka margin of safety ini berhubungan langsung dengan laba apabila dihubungkan dengan marginal income ratio (profit-volume ratio )
Laba = Profit volume ratio x Margin of safety ratio
Laba = Laba kontribusi x Margin of safety _
Pendapatan penjualan Pendapatan penjualan
Dengan memakai data dalam contoh 3 dapat diketahui bahwa :
Laba = 75 % x 40 % = 30 %
Margin of safety ( M/S ratio ) dapat pula dihitung dengan rumus :
M/S ratio = Profit ratio _
Profit-volume ratio
Dari contoh di atas M/S ratio = 30% = 40%
75%
3. Titik Penutupan Usaha ( Shut Down Point )
Apabila ditinjau dari sudut biaya, pengambilan keputusan untuk menutup usaha dilakukan dengan mempertimbangkan pendapatan penjualan dengan biaya tunai (cash cost atau out atau out of pocket cost atau biaya keluar dari saku). Biaya tunai adalah biaya-biaya yang memerlukan pembayaran segera dengan uang kas. Dalam pengambilan keputusan untuk menutup usaha harus diadakan pembedaan antara biaya keluar dari saku (out –of pocket cost ) dengan biaya terbenam (sunk cost ), yaitu pengeluaran yang dilakukan pada masa yang lalu, yang manfatnya masih dinikmati samapai sekarang). Contoh biaya terbenam adalah biaya depresiasi,amortasi dan deplesi.
Suatu usaha harus dihentikan apabila pendapatan yang diperoleh tidak dapat menutup biaya tunainya. Untuk mengetahui pada tingkat penjualan berapa suatu usaha harus dihentikan dapat dilakukan dengan mencari perpotongan antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya tunai dalam grafik impas.
Contoh 8
Apabila dalam contoh 3, biaya tetap sebesar Rp. 77.400.000 tersebut terdiri dari biaya keluar dari dari kantong Rp. 64.500.000 dan biaya terbenam ( sunk cost ) sebesar Rp. 12.900.000, maka dapat dibuat taksiran laba tunai dan laba akuntansi (accounting profit , yaitu pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya –biaya, baik terbenam maupun biaya keluar dari saku ).
Titik penutupan usaha dapat pula dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini :
Titik penutupan usaha = Biaya tetap tunai _
Contribution margin ratio
Jika datanya berasal dari contoh 3, titik penutupan usaha ditentukan sbb:
Titik penutupan usaha = 64.500.000 = Rp. 86.000.000
75%
Atau dalam satuan produk, titik penutupan usaha dihitung sbb:
Titik penutupan usaha = 64.500.000 = 500 kg
172000 – 43.000
Dengan demikian usaha pengolahan produk A dalam contoh 3 harus dihentikan jika penjualannya berada dibawah titik penutupan usaha sebesar Rp. 86.000.000 atau 500 kg.
4. Degree Of Operating Leverage (DOL)
Degree Of Operating Leverage memberikan ukuran dampak perubahan pendapatan penjualan terhadap laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Dengan parameter ini, manajemen akan dengan cepat mengetahui dampak setiap usulan kegiatan yang menyebabkan pendapatan penjualan terhadap laba bersih perusahaan.
Degree of operating Leverage dihitung dengan rumus :
DOL = Laba kontribusi
Laba bersih
Karena laba kontribusi berubah sebanding dengan perubahan pendapatan, dengan demikian setiap perubahan pendapatan penjualan dapatdiketahui dengan cepat dampak perubahannya terhadap laba bersih dengan menggunakan degree of operating leverage .
PT. Eliona
Laporan Laba rugi projeksian
Pendapatan penjualan Rp. 172.000.000
Biaya variabel 43.000.000
Laba kontribusi Rp. 129.000.000
Biaya tetap 77.400.000
Laba bersih Rp. 51.600.000
Dari laporan laba rugi projeksian diatas, pada tingkat penjualan Rp. 172.000.000, DOL perusahaan tersebut adalah sebesar 2,5 kali ( Rp. 129.000.000 / Rp. 51.600.000).
Pada tingkat penjualan tersebut jika misalnya Departemen pemasaran mengusulkan promosi produk dengan cara tertentu, yang diperkirakan akan mengakibatkan kenaikan volume penjualan sebesar 5%, maka dengan cepat manajemen dapat memperkirakan kenaikan laba bersih sebesar 12,5% (2,5 X 5 %)
DOL menjadi semakin tinggi jika perusahaan beroperasi disekitar keadaan impas. Misalnya PT.Eliona beroperasi pada volume penjualan 5% diatas impas, maka laporan laba rugi dan DOL dapat dilihat seperti berikut ini:
Pendapatan penjualan Rp. 108.360.000
Biaya variabel 27.090.000
Laba kontribusi Rp. 81.270.000
Biaya tetap 77,400.000
Laba bersih Rp. 3.870.000
Misalnya pendapatan penjualan mengalami penurunan 2% saja pada tingkat penjualan Rp. 108.360.000 tersebut, maka laba bersih akan mengalami penurunan sebesar 42 % (21 X 2%). Sebagai bukti dapat dilihat laporan laba rugi berikut:
Pendapatan penjualan Perubahan
Pendapatan penjualan Rp. 108.360.000 Rp. 106.192.800 -2 %
Biaya variabel 27.090.000 26.548.200
Laba kontribusi Rp. 81.270.000 Rp. 79.644.600
Biaya tetap 77.400.000 77.400.000
Laba bersih Rp. 3.870.000 Rp. 2.244.600 -42%
Penurunan pendapatan penjualan 2%, laba bersih turun sebesar Rp. 1.625.000 atau sebesar 42% (Rp. 1.625.400 / Rp.3.870.000).
Daftar Pustaka :
Mulyadi; Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa; Penerbit Salemba Empat; edisi 3; 2001