Halaman

find here

Selasa, 22 Februari 2011

menuju ke arah yang lebih baik

Siapa sih yang pengen jadi pegawai? Mungkin hanya sebagian orang yang rela jadi bawahan. Yang rela disuruh-suruh, yang mau disalahkan atas kesalahan yang bukan sepenuhnya kesalahan kita, yang bisanya hanya bilang “Ya Pak”, “Baik Pak”. Tapi apakah kita pernah berpikir untuk berontak dari keadaan kita saat ini? Beranikah kita keluar dari zona aman sebagai bawahan atau pegawai?

Sebenarnya mudah untuk bicara “ Saya gak mau jadi pegawai lagi ”, tetapi untuk membuat kata-kata itu jadi kenyataan itu sangatlah sulit. Banyak pertimbangan yang muncul ketika ucapan itu keluar, seperti

1. “Kalau saya keluar dari perusahaan ini saya bisa usaha apa?”

2. “Kalau saya berhenti jadi pegawai disini anak istri saya makan dari mana?”

3. “Apa ada yang bisa memberikan lebih daripada yang saya dapatkan saya saat ini?”

Untuk menjawab pertanyaan no 1, Menurut saya :

Kita sebagai manusia jangan mudah men-judge diri kita sendiri bahwa kita gak mampu melakukan apa yang orang lain lakukan. Kita harus menanamkan dalam diri kita “Saya Bisa, Pasti Bisa, dan Harus Bisa.”

Jika kata itu sudah mendarah daging pada diri kita, yakinlah tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Jika kita melihat orang pakai mobil mewah, berpikirlah kenapa kita gak bisa punya mobil mewah itu, tanamkan dalam pikiran kita “Dia sama Seperti saya (Seorang Manusia), sama-sama makan nasi, sama-sama diberikan kehidupan oleh tuhan dengan porsi yang sama, kenapa dia bisa dan saya tidak?”.

               Berusaha mencari cara dan jalan agar kita bisa meraih apa yang kita inginkan, karena Allah berfirman :
 
Tidak ada satu dabbah pun di bumi kecuali Allah yang menjamin rezekinya (QS Hud [11]: 6).
                        
            Selain itu ketika kita mempunyai waktu luang, maka gunakanlah waktu luang itu untuk memperbaiki diri kita.
 
Apabila engkau telah menyelesaikan satu pekerjaan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (pekerjaan yang lain, agar jangan menganggu),
dan hanya kepada Tuhanmu sajalah hendaknya kamu mengharap (QS Alam Nasyrah [94]:7-8).
 
 
 
 
 
               Dan ketika kita bertemu denga rintangan dan halangan janganlah putus asa karena,
 
Barangsiapa berhijrah di jalan Allah niscaya mereka mendapat di muka bumi tempat yang
luas lagi rezeki yang banyak (QS Al-Nisa' [4]: 100).
 

Kalau perlu kita belajar kepada orang tersebut bagaimana ia bisa meraih semua itu.

Untuk menjawab pertanyaan no 2,

Allah SWT berfirman :

Allah-lah satu-satunya pemberi rizki. Ia adalah “al-Razzaq”, yang Maha memberi rizki. Allah menciptakan semua jenis rizki itu dan Allah pula yang memberikannya kepada makhluk-makhluk-Nya.

“Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (Adz-Dzariyat: 58)

Sebagaimana Allah adalah satu-satunya pencipta, Allah pulalah satu-satunya pemilik dan pemberi rizki. Allah membagi-bagikan rizki itu kepada siapa saja yang dikehendakinya.

“Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia…” (Az-Zukhruf: 32)

Allah meluaskan dan menyempitkan rizki itu kepada siapa saja yang diinginkan-Nya, tentu untuk hikmah tertentu dan sejalan dengan sifat adil-Nya. Perhatikan beberapa firman Allah berikut ini:

“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (Al-Isra: 30)

“Allah melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba- hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al-Ankabut: 62)

“Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikehendaki-Nya). akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Saba: 36)

Jadi yang perlu kita lakukan adalah Pertama, meluruskan niat. Kedua, menyempurnakan ikhtiar. Ketiga, bertawakal sepenuh hati kepada Allah. Andai kita sudah melaksanakan semua itu, namun apa yang kita dapatkan belum juga sesuai keinginan, maka yakinlah bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan sekecil apapun amal hamba-Nya. Allah pasti akan memberikan yang terbaik. Kewajiban hanyalah berusaha dan berproses secara optimal dalam koridor yang telah ditetapkan. Hasil sepenuhnya ada dalam genggaman Allah. Wallaahu a’lam.

Untuk menjawab pertanyaan no 3,

Pada ayat lainnya Allah berfirman, “Minta tolonglah dengan kesabaran dan shalat.”(QS. 2: 45)

Apa hubungan anatara sabar dan shalat dengan masalah rizki?

Jika kita mampu bersabar, maka Allah akan selalu menolong kita.

“..Dan beri kanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yang bila ditmpa musibah, mengatakan:Sesungguhnya segala sesuatu milik Allah dan kepad-Nyalah dikembalikan segala sesuatu. Mereka itulah yang mendapat shalawat yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”(QS. 2: 155-157)

Sedangkan shalat yang kita tegakkan- bukan sekedar menjadikan kita sebagai hamba Allah yang bertakwa. Allah berjanji akan senantiasa menjamin rizki hamba-Nya yang bertakwa.

“…Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari yang tidak diasangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”(QS. 65: 2-3)

Jadi kesimpulannya : Gak Ada Yang Gak Mungkin untuk dilakukan agar kita keluar dari zona nyaman kita saat ini

Oleh : Asep Ramlan

BANK ATAU RENTENIR?


Banyak cara dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam usaha pemenuhan kebutuhan tersebut seringkali seseorang mengalami kendala. Kendala ini lebih sering menimpa orang yang memenuhi kebutuhan dengan membuka usaha sendiri, karena bagi orang yang bekerja setidaknya mereka memenuhi kebutuhan dengan gaji yang mereka dapat dari tempat mereka bekerja. Salah satu kendala yang dihadapi oleh para pelaku usaha adalah masalah permodalan.

Modal menjadi suatu hal yang penting karena modal adalah hak milik atas kekayaan dan harta perusahaan. Tanpa adanya modal seseorang kesulita dalam menjalankan usahanya.

Salah satu cara dalam pemenuhan kebutuhan modal adalah dengan melakukan pinjaman modal. Sekarang ini banyak sekali lembaga yang menyediakan jasa peminjaman modal, pertama Bank terutama BRI unit dan BPR yang beroperasi sampai ke pelosok tanah air; kedua adalah koperasi, baik koperasi simpan pinjam yang khusus melayani jasa keuangan maupun unit usaha simpan pinjam dalam berbagai macam koperasi. Disamping itu terdapat LKM lain yang diperkenalkan oleh berbagai lembaga baik pemerintah seperti Lembaga Kredit Desa, Badan Kredit Kecamatan dan lain-lain, maupun swasta/lembaga non pemerintah seperti yayasan, LSM, dan LKM lainnya termasuk lembaga keagamaan.

Para pelaku usaha seringkali kesulitan dalam mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan yang memberikan jasa pinjaman karena dihadapkan kepada serangkaian persyaratan yang harus dipenuhi agar permohonannya diterima.

Mungkin bagi para pelaku usaha yang mempunyai persyaratan akan dengan mudah mendapatkan pinjaman, tetapi lain halnya dengan mereka yang tidak memiliki persyaratan yang diminta oleh pihak pemberi modal. Akhirnya pun mereka mengurungkan niatnya untuk bisa mendapatkan pinjaman, dan mungkin akan menutup usahanya karena ketiadaan modal.

Karena sulitnya mendapatkan pinjaman dari bank atau lembaga keuangan maka pilihan yang diambil adalah meminjam modal kepada rentenir.

Rentenir adalah suatu istilah bahasa Inggris yang telah diadopsi kedalam bahasa Indonesia. Rentenir berasal dari kata “rente” yang artinya bunga atau riba . Dengan demikian rentenir adalah tukang riba, atau seseorang yang pekerjaannya mengumpulkan bunga pinjaman.

Keunggulan rentenir dapat dilihat dari proses peminjamannya. Pinjaman yang dikeluarkan oleh rentenir lebih mudah, cepat dan tidak perlu agunan (didasarkan rasa saling percaya). Hal inilah yang menjadi alasan para pelaku usaha untuk mendapatkan modal usaha yaitu dengan meminjam kepada rentenir, meskipun bunga yang di berikan atas pinjaman cukup besar yaitu mulai dari 10-30%.

Sementara kalau dibandingkan pinjaman dari Penggadaian, Koperasi Simpan Pinjam, BPR dan Bank Umum, yang mana kisaran bunganya tidak lebih dari 10% sampai dengan 15% (berptokan pada suku bunga acuan Bank Indonesia).

Tapi meskipun bunga yang ditawarkan oleh bank itu tergolong kecil. Tetapi tetap para pelaku usaha lebih memilih rentenir pada akhirnya. Itu dikarenakan pihak bank seringkali mempersulit para peminjam dengan syarat dan ketentuan peminjaman.

Untuk itu pihak bank perlu memberikan pembinaan bagi pengusaha kecil dengan memberikan saran dan solusi serta mengadakan kunjungan ke nasabah mereka secara langsung agar mereka bisa berkembang dari usaha kecil sampai bisa sukses menjadi pengusaha yang sesungguhnya. Hal itu bisa bermanfaat untuk mengembalikan kepercayaan nasabah terhadap bank itu sendiri.

Bagi para pelaku usaha itu sendiri harus memberikan hak pada bank untuk menghindari penyimpangan penggunaan dana kredit, Karena tidak sedikit pengusaha yang mengajukan kredit di bank dengan tujuan untuk mengembangkan usahanya, namun, ketika dana tersebut cair justru digunakan untuk keperluan konsumtif. Hal ini menyebabkan pihak bank lebih memperketat prosedur pengajuan kredit mereka, namun bagi pengusaha kecil yang awam dengan laporan keuangan dan neraca sebagai syarat pengajuan kredit bisa didapatkan dengan memberikan informasi seputar usahanya kepada pihak perbankan. Jadi, pengusaha kecil bukan tidak mungkin mendapatkan kredit dari bank, mungkin akan lebih mudah mengajukan kredit apabila sesuai dengan porsi dan penggunaannya serta bertahap dalam pengajuannya. Selain itu para pelaku usaha juga jangan terlalu menggantungkan diri kepada rentenir. Karena berhutang pada rentenir, yang pada awalnya dirasakan sebagai jalan keluar dari masalah keuangan yang sedang dihadapi ternyata membuat hidup mereka jadi semakin bermasalah, ketenangan hidup yang terganggu, bernafas tidak bisa lega dan setiap saat was-was diteror suara keras akibat tidak mampu membayar hutang yang semula jumlahnya tak seberapa menjadi tak terkira besarnya.

Untuk rentenir itu sendiri janganlah terlalu mengiming-imingi para pelaku usaha dengan kemudahan mendapatkan pinjaman karena pemerintah mengatur ketentuan siapa yang boleh memberikan pinjaman dana pada masyarakat. Lakukanlah usaha sebagai penyedia modal dengan baik dan tidak melanggar aturan serta tidak ada pihak yang dirugikan.

Jumat, 21 Januari 2011

tERkutukLah MerEka SemuA

aKu merAsa duniA iNi tiDAk adIL

ku YAnG berKErJA kerAS deMi MereKA seMUa,

diAbaikaN, DiAcuHkan, danTak DiAnggAp,

TAk dihArgai dan TAk diperduLiKAn

kiNi hatiKu Sakit, PEdih, PeriH dengan Semua tiNgkah MEreka

aKu Benci semuA Orang

oranG Yang KUanggAP BAik

KuanGGApm Mereka PEdulI ternYAta MEreka TAk TAhu Diri

TAk MEngertI dAn HAnya melIhat SAtu SIsi

Dimana Ari kEadiLAn

Dimana HAti mEreka

Aku Muak deNGAn KEadaan Saat iNi

MEreka YanG ada DI kehidupan Aku SEKArang Ini TAk LEbiH Dari setan berWujud MAlaikat

Serigala Berbulu DomBa

Ku tak Minta Lebih,Aku Hanya Minta kEadilan MEreka

kU iNGin Tau…

DimanA HATi MEreka, PikirAn MErEka,

TAk pantas MEreka Aku SEbut MAnusia

Setan MEreka SEmua, YANg AHnya MEmbutuhKAnku SAat MEReka BUtuh SAja

Yang MEmanFAatkan kU tanpa ada SAtu KAta TERiMA KAsih

Kuharap MerEka TAk MEndapat KEadilan DAFlam SEAtiap KEhidupan MEreka

HAncur Semua HArapan MEReka

Aku BEnci MEReka SemUA, merEka YANg MEmperolok ku deNGAn sikap BoHong MEreka

MEreka Yang Ku kenal SAat Ini lEbih BAik MAti

Go TO Heel, iT is bEtter For yoU

Asep Ramlan

Rabu, 19 Januari 2011

akuntansi differensial dalam penentuan laba jangka pendek

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perencanaan Laba Jangka Pendek dilakukan sebagai bagian dari prosespenyusunan anggaran perusahaan

Dalam perencanaan laba jangka pendek, manajemen mempertimbangkan berbagai usulan yang berakibat pada :

· Harga Jual

· Volume Penjualan

· Biaya Variabel

· Biaya Tetap

· Laba bersih

Oleh karena itu dalam perencanaan jangka pendek manajemen membutuhkan informasi akuntansi differensial berupa :

(1) Taksiran pendapatan diferensial

(2) Taksiran biaya diferensial yang berdampak pada laba bersih

Dampak terhadap laba bersih tersebut menjadi salah satu pertimbangan dalam memutuskan usulan kegiatan dalam proses perencanaan anggaran.

1.2. Permasalahan

I. Parameter Penyusunan Anggaran

· Impas

· Margin of safety

· Shut – down point

· Degree of operating leverage

· Laba kontribusi perunit (Contribution margin)

II. Rekayasa Parameter Untuk Perencanaan Laba Jangka Pendek



BAB II

PEMBAHASAN

I. Perencanaan Laba Jangka Pendek

Berhasil atau tidaknya perusahaan adalah dapat melihat kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan datang baik jangka pendek maupun jangka panjang. Karena itu tugas manajemen untuk membuat perencanaan yang pada dasarnya kegiatan membentuk masa depan, yang pada intinya memutuskan berbagai macam alternatif & perumusan kebijakan yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang.

Ukuran yang dipakai untuk melihat berhasil tidaknya manajemen perusahaan adalah laba yang diperoleh oleh perusahaan. Laba dipengaruhi oleh tiga faktor :

a. volume produk yang dijual yang langsung mempengaruhi volume produksi, volume produksi mempengaruhi laba

b. Harga jual produk yang mempengaruhi volyme penjualan

c. Biaya yang menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang dikehendaki

Perencanaan laba jangka pendek dilakukan oleh manajemen dalam proses penyusunana anggaran perusahaan. Dalam proses penyusunan anggaran, manajemen selalu menghadapi pertanyaan “what if’ yaitu pertanyaan apa yang akan terjadi jika sesuatu dipilih oleh manajemen. Perencanaan laba jangka pendek dapat dilaksanakan dengan mudah jika didasarkan pada laporan laba-rugi projeksian, yang disusun berdasarkan metode variable costing.

Oleh karena itu dalam perencanaan laba jangka pendek, Hubungan antara biaya, volume & laba memegang peranan penting karena merupakan teknik untuk menghitung dampak perubahan harga jual, volume penjualan & biaya terhadap laba untuk membantu manajemen dalam proses penyusunan anggaran. Manajemen mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan yang berakibat terhadap perubahan harga jual, volume penjualan, biaya variabel dan atau biaya tetap yang akhirnya akan berdampak terhadap laba bersih. Dampak terhadap laba bersih ini yang menjadi salah satu pertimbangan penting manajemen dalam memutuskan berbagai usulan kegiatan dalam proses penyusunan anggaran perusahaan.

Alat analisis yang mampu memberikan kontribusi yang sangat besar dalam proses penyusunan anggaran dan berbagai parameter yang bermanfaat untuk perencanaan laba jangka pendek yaitu:

1. Impas

Impas memberikan informasi tingkat penjualan suatu usaha yang labanya sama dengan nol. Paramater ini memberikan informasi kepada manajemen, dari jumlah target pendapatan penjualan yang dianggarkan, berapa pendapatan penjualan minimum yang harus dicapai agar usaha perusahaan tidak mengalami kerugian.

2. Margin of safety

Memberikan informasi berapa volume penjualan yang dianggarkan atau pendapatan penjualan tertentu maksimum boleh turun agar suatu usaha tidak menderita rugi.

3. Shut – down point

Memberikan informasi pada tingkat penjualan berapa suatu usaha secara ekonomis sebaiknya ditutup karena pendapatan penjualannya hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tunai saja.

4. Degree of operating leverage

Memberikan informasi berapa kali lipat presentase tertentu perubahan pendapatan penjualan mengakibatkan perubahan laba bersih.

5. Laba kontribusi perunit (Contribution margin)

Memberikan informasi kemampuan suatu produk dalam memanfaatkan sumber daya yang langka untuk memberikan kontribusi dalam menutup biaya tetap dan menghasilkan laba. (Kelebihan pendapatan penjualan di atas biaya variabel)

Berbagai parameter tersebut memberikan bantuan yang penting bagi manajemen dalam mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan dalam proses penyusunan anggaran perusahaan.

Dalam proses perencanaan laba jangka pendek manajemen memerlukan informasi akuntansi diferensial untuk mempertimbangkan dampak perubahan volume penjualan, harga jual & biaya terhadap laba perusahaan. Analisis impas & analisis biaya-volume-laba merupakan teknik untuk membantu manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek.

Untuk memberikan gambaran proses perencanaan laba jangka pendek, berikut ini diberikan

Contoh 1 .

Departemen anggaran PT.X menyajikan laporan L/R projeksian (Projected Income Statement ) untuk tahun anggaran 20X2 sbb:

PT. X

Laporan Laba Rugi Projeksian

Tahun Anggaran 20X2


Jumlah

%

Pendapatan penjualan

Rp. 500.000.000

100%

Biaya Variabel

Rp. 300.000.000

60%

Laba kontribusi

Rp. 200.000.000

40%

Biaya tetap

Rp. 150.000.000

30%

Laba bersih

Rp. 50.000.000

10%

Dalam proses penyusunan anggaran induk perusahaan, laporan L/R yang disusun dengan metode variable costing yang membantu manajemen puncak dalam mempertimbangkan usulan kegiatan yang diajukan oleh manajemen menengah. Keputusan jangka pendek umumnya menyangkut penambahan / pengurangan volume kegiatan.

Dari laporan L/R yang disusun menurut metode variabel costing, manajemen dapat memperoleh pemanfaatan dari alat-alat analisis diatas yaitu :

1. Impas

Dari lap.L/R diatas target pendapatan (revenues) yang diharapkan perusahaan Rp. 500.000.000, dari target tersebut manajemen memerlukan informasi berapa pendapatan minimum yang harus dicapai perusahaan untuk tahun anggaran yang akan datang agar tidak rugi. Dari target tersebut diatas impas dapat dihitung sebesar Rp. 375.000.000 ( Rp. 500.000.000 / 40 % ). Angka tersebut diatas menunjukkan bahwa dari target pendapatan penjualan (revenues) yang direncanakan sebesar Rp. 500.000.000 minimum perusahaan harus dapat menjual Rp. 375.000.000 agar perusahaan tidak rugi.

Jika perusahaan mampu memperoleh pendapatan penjualan diatas impas, perusahaan baru dapat menghasilkan laba. Semakin rendah impas berarti semakin besar kemungkinan perusahaan memperoleh kesempatan untuk mendapatkan laba.

2. Margin Of Safety

Dari target pendapatan penjualan tersebut, manajemen memerlukan informasi berapa jumlah maksimum penurunan target pendapatan penjualan boleh terjadi, agar penurunan tersebut tidak mengakibatkan perusahaan menderita kerugian. Untuk menjawab pertanyaan tersebut manajemen memerlukan informasi margin of safety dari anggaran laba projeksian tahun anggaran yang akan datang. Dari data dalam contoh 1. karena impas diatas sebesar 375.000.000, maka jumlah maksimum penurunan target pendapatan penjualan yang tidak menyebabkan perusahaan mengalami kerugian adalah Rp. 125.000.000 ( Rp. 500.000.000 – Rp. 375.000.000 ) atau 25% (Rp. 125.000.000/Rp.500.000.000).

- Semakin besar margin of safety semakin besar kesempatan perusahaan memperoleh laba, semakin kecil margin of safety semakin rawan perusahaan terhadap penurunan target pendapatan penjualan.

- Jika margin of safety ratio, yang merupakan ratio antara margin of safety dan pendapatan penjualan sebesar 25%, berarti penurunan target pendapatan penjualan sedikit diatas 25% telah menyebabkan perusahaan menderita kerugian.

3. Titik penutupan usaha ( Shut Down Point )

Suatu usaha tidak layak secara ekonomis untuk dilanjutkan jika pendapatan penjualannnya tidak cukup untuk menutup biaya tunainya. Dari contoh 1 diketahui bahwa biaya tetap perusahaan tersebut sebesar Rp. 150.000.000, 100.000.000 merupakan biaya tunai, maka anggaran thn 20X2, titik penutupan usaha sebesar Rp.250.000.000 ( 100.000.000/40%). Hal ini berarti dibawah pendapatan penjualan sebesar 250.000.000, usaha perusahaan secara ekonomis tidak pantas dilanjutkan karena pendapatan penjualan dibawah jumlah terebut akan mengakibatkan perusahaan tidak mampu membayar biaya tunainya.

4. Degree of Operating Leverage

Ukuran ini menunjukkan persentase perubahan laba bersih sebagai dampak terjadinya sekian persen perubahan pendapatan penjualan. Dari contoh diatas DOL dihitung adalah 4X (Rp. 200.000.000/Rp. 50.000.000) yang berarti setiap 1% kenaikan pendapatan penjualan akan mengakibatkan 4% (4X1%) kenaikan laba bersih.

Jika usulan kegiatan diharapkan dapat menaikkan pendapatan penjualan sebesar 5% maka dalam tahun anggaran tersebut laba bersih perusahaan akan mengalami kenaikan 20% (4X5%).

5. Laba kontribusi perunit

- Kelebihan pendapatan penjualan diatas biaya variabel

- Memberikan gambaran jumlah yang tersedia untuk menutup biaya tetap & menghasilkan laba.

- Semakin besar laba kontribusi, semakin besar kesempatan yang diperoleh perusahaan untuk menutup biaya tetap & untuk menghasilkan laba.

Laba kontribusi perunit merupakan merupakan laba kontribusi dibagi dengan volume penjualan. Jika informasi laba kontribusi perunit dihubungkan dengan penggunaan sumber daya yang langka (scarce resources), manajemen akan memperoleh informasi kemampuan berbagai macam produk untuk menghasilkan laba. Informasi ini memberikan landasan bagi manajemen dalam pemilihan produk yang menghasilkan laba tertinggi.

Contoh laba kontribusi setiap produk disajikan berikut ini:

A B C Total

Volume penjualan 500 300 200 1000

Pendapatan penjualan Rp.700.000 Rp.500.000 Rp.1.000.000 Rp. 2.500.000

Biaya Variabel 300.000 500.000 600.000 1.400.000

Laba kontribusi Rp.400.000 Rp.300.000 Rp.400.000 Rp.1.100.000

Biaya tetap 800.000

Laba bersih Rp. 300.000

Laba kontribusi perunit Rp. 800 Rp. 1.000 Rp. 2.000 Rp. 1.100

Produk

Konsumsi Jam mesin perunit Produk

Jumlah produk yang dihasilkan perjam mesin 1: (1)

Contribition margin perunit produk

Contribition margin Per jam mesin

(2) X (3)

Peringkat kemampuan produk dalam memanfaatkan sumberdaya yang langka


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

A

5

0,20

Rp. 800

160

1

B

10

0,10

1000

100

2

C

25

0,04

2000

80

3

Gbr. 9.1. Laba kontribusi perunit sumber daya yang langka

Dari contoh diatas seolah-olah produk C menghasilkan laba kontribusi perunit sebesar Rp.2000 yang memiliki kemampuan tertinggi untuk memberikan kontribusi dalam menutup biaya tetap & untuk menghasilkan laba. Kemampuan produk dalam menutup biaya tetap & menghasilkan laba tidak diukur hanya atas dasar informasi laba kontribusi perunit, namun diukur dari laba kontribusi perunit yang dihubungkan dengan pemanfaatan sumber daya yang langka.Contoh dapat dilihat pada gbr. 9.1

Dari gambar tersebut ternyata produk A menduduki peringkat pertama dalam kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang langka ( jam mesin )untuk menutup biaya tetap & menghasilkan laba. Setiap jam mesin yang dimanfaatkan untuk memproduksi produk A mampu menghasilkan laba kontribusi sebesar Rp. 760 per jam mesin.

II. Rekayasa Parameter Untuk Perencanaan Laba Jangka Pendek

1. Impas

Impas (break-even) adalah:

a. keadaan usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi.

b. jika jumlah pendapatan ( revenues ) sama dengan jumlah biaya

c. laba kontribusi hanya bisa menutupi biaya tetap saja.

d. Suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi dan laba sama dengan 0

Ada 2 cara untuk menentukan impas :

a. Pendekatan teknik persamaan

b. Pendekatan grafis

a. Pendekatan teknik persamaan

Penentuan impas dengan teknik persamaan dilakukan dengan mendasarkan pada persamaan pendapatan sama dengan biaya ditambah laba.Atau laba adalah sama dengan pendapatan penjualan dikurangi biaya. Dapat dinyatakan dalam persamaan sbb:

Y=cx-bx-a

Keterangan :

y=laba

c=harga jual persatuan

x=jumlah produk yang dijual

b=biaya variabel persatuan

a=biaya tetap

Jika persamaan tersebut dinyatakan dalam laporan laba rugi metode variable costing, persamaan tersebut sbb:

Pendapatan penjualan cx

Biaya variabel bx _ _

Laba kontribusi cx-bx

Biaya Tetap a _ _

Laba bersih y

Perusahaan akan mencapai keadaan impas jika jumlah pendapatan sama dengan jumlah biaya (laba=0),atau jika dinyatakan dalam persamaan sbb:

0 = cx - bx

cx = bx + a

Persamaan tersebut diselesaikan sbb:

cx – bx = a

x(c-b) = a

x’ = a / (c-b)

Keterangan :

cx = bx + a Pendapatan penjualan = biaya

cx – bx = a Laba kontribusi = biaya tetap

x’ = a / (c-b) Impas (dalam satuan produk) = biaya tetap dibagi dengan selisih antara harga jual persatuan dengan biaya variabel persatuan

X’ adalah kuantitas yang dijual pada keadaan impas

Jadi rumus perhitungan impas dalam satuan produk yang dijual adalah :

Impas dlm (Q) = Biaya tetap _

Harga jual persatuan – Biaya variabel persatuan

Impas dalam rupiah penjual dapat dicari rumusnya dengan cara mengalikan rumus impas tersebut diatas dengan c, yaitu harga jual persatuan produk.

Jadi rumus perhitungan impas dalam rupiah penjualan adalah sbb:

Catatan : 1 - b/c disebut marginal income ratio atau contribution margin ratio. Yaitu hasil bagi laba kontribusi dengan pendapatan penjualan.

Jadi impas dalam rupiah penjualan dpt dihitung dengan rumus sbb:

Impas (Rp) = Biaya tetap _

Contribution margin ratio

Contoh 2:

Dalam suatu pasar malam, pak Amat akan membuka tempat penitipan sepeda. Dia menyewa tempat yang dapat menampung 500 sepeda. Sewa tersebut permalam Rp.1.500. Untuk menjaga sepedadia akan mepekerjakan dua orang, dengan upah Rp. 1.000 semalam perorang, ditambah upah insentif sebesar Rp. 2,50 perorang untuk setiap sepeda yang masuk titipan. Tarif titipan yang dibebankan kepada pemakai jasa adalah sebesar Rp 25 persepeda semalam. Perhitungan proyeksi laba permalam apabila 500 sepeda masuk ke tempat penitipan sepeda pak Amat disajikan sbb:



JUMLAH

%

Pendapatan penjualan jasa titipan sepeda

500 X Rp.25

Rp. 12.500

100

Biaya variabel:




Upah insentif untuk dua karyawan

500 X 2 X Rp. 2.50

2.500

_ 20

Laba kontribusi


Rp. 10.000

_ 80

Biaya tetap:




Sewa tempat titipan


Rp. 1.500


Upah dua orang karyawan


2.000

+



Rp. 3.500

28

Laba bersih


Rp. 6.500

52

Pak Amat ingin memperoleh informasi berapa jumlah minimum sepeda yang harus masuk setiap malam ketempat penitipan sepedanya,agar usaha titipan tersebut tidak mengalami kerugian.

Jumlah sepeda minimum yang harus masuk setiap malam agar usaha pak Amat dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan semalam adalah :

Impas ( dlm kuantitas ) = Biaya tetap _

Harga jual persatuan – By Variabel persatuan

= 3.500 _ = 175

25-5

Jika sepeda yang masuk titipan semalam minimum berjumlah 175 buah, maka usaha pak Amat akan dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan semalam, sehingga usaha tersebut tidak mengalami kerugian.

Impas juga dapat dinyatakan dalam jumlah rupiah pendapatan dari usaha titipan sepeda sbb:

Impas (Rp) = Biaya tetap _

Contribution Margin ratio

= 3.500 _ = Rp.4.375

80%

Jika pada suatu malam pak Amat menerima uang pendapatan penjualan jasa titipan sepeda sebanyak Rp.4.375, dia dapat tenang hatinya karena dari pendapatan penjualan jasa tersebut, minimum dia sudah dapat menutup biaya yang dikeluarkan malam ini. Dengan kata lain sepeda yang masuk sudah mendatangkan laba 80% (contribution margin ratio) dari uang pendapatan penjualan jasa titipan sepeda yang diterimanya.

Bukti bahwa pada pak Amat menerima uang pendapatan penjualan jasa titipan sebanyak Rp.4.375 usahanya belum memperoleh laba,tetapi juga tidak rugi dapat diikuti dalam perhitungan sbb:

Pendapatan penjualan jasa titipan sepeda 175 x Rp.25 = Rp. 4.375

Biaya variabel 175 x Rp. 5 =Rp. 875

Laba kontribusi Rp. 3.500

Biaya tetap :

Sewa tempat titipan Rp. 1.500

Upah dua orang karyawan Rp. 2.000 Rp. 3.500

Contoh 3:

PT. Eliona memproduksi produk A. Rencana produksi untuk thn anggaran 20X1 adalah sbb:

Kg

Sediaan awal 100

Rencana produksi 1.100

1.200

Rencana penjualan 1.000

Sediaan akhir 200

Laporan Biaya Produksi Projeksian Thn 20x1

Biaya variabel standar per kg produk :


Biaya bahan baku

Rp. 10.000

Biaya tenaga kerja variabel

7.000

Biaya overhead variabel

8.000

Jumlah biaya produksi variabel

Rp. 25.000

Biaya administrasi & umum variabel

10.000

Biaya pemasaran variabel

8.000

Jumlah biaya variabel

Rp.43.000

Biaya tetap pertahun terdiri dari :


Biaya overhead pabrik tetap

Rp.37.400.000

Biaya pemasaran tetap

15.000.000

Biaya administrasi & umum

25.000.000

Jumlah biaya tetap setahun

Rp. 77.400.000



Harga jual produk Rp. 172.000 per kg

PT. ELIONA

Laporan Laba-Rugi Tahun 20x1 Projeksian




Jumlah

%

Pendapatan penjualan

Biaya variabel:

Sediaan awal

Biaya produksi variabel

Sediaan akhir

Biaya non produksi variabel:

By. pemasaran variabel

By. administrasi & umum variabel

Jumlah biaya variabel

Laba kontribusi

Biaya tetap:

Biaya overhead pabrik tetap

Biaya pemasaran tetap

Biaya administrasi & umum tetap

Jumlah biaya tetap

Laba bersih

1000X Rp 172.000

100 X Rp. 25.000

1.100X Rp. 25.000

200 X Rp. 25.00

1.000 X Rp.8.000

1.000 X Rp.10.000

Rp. 2.500.000

Rp.27.500.000

Rp.30.000.000

5.000.000

Rp. 25.000.000

8.000.000

10.000.000

Rp. 37.400.000

15.000.000

25.000.000

Rp. 172.000.000

Rp.43.000.000

Rp. 129.000.000

Rp. 77.400.000

Rp. 51.600.000

100%

25%

75%

Dari informasi diatas diperoleh perhitungan :

Impas (Rp) = Rp. 77.400.000 = Rp.103.200.000

75 %

Dari target pendapatan penjualan sebesar Rp.172.000.000 dlm thn 20X1,minimum PT.Eliona harus mencapai pendapatan penjualan sebesar Rp.103.200.000 agar perusahaan tidak menderita kerugian. Kuantitas produk minimum yang harus dijual agar perusahaan tidak mengalami kerugian, maka :

Impas (kg) = Rp.77.400.000 = 600 kg

Rp.172.000 – Rp. 43.000

Dalam setiap penjualan 1 kg produk A berikutnya, perusahaan akan memperoleh laba sebesar Rp.129.000 (75% X Rp.172.000) karena biaya tetap seluruhnya telah tertutup dari penjualan 600 kg tersebut.

Misalkan dalam contoh 2 diatas , manajemen memerlukan informasi pada volume penjualan berapa perusahaan harus menjual produknya dalam tahun anggaran 20X1 untuk mendapatkan keuntungan misalnya Rp. 90.000.000. Maka Perencanaan volume penjualan dihitung sbb:

Volume penjualan = Biaya tetap + Laba yang diinginkan Contribution Margin ratio

Berdasarkan data dalam contoh 2 diatas , volume penjualan yang dapat menghasilkan laba bersih Rp.90.000.000 dihitung sbb:

Volume penjualan (Q) = 77.400.000 + 90.000.000 = 1,297 kg

127.000 – 43.000

Volume penjualan (Rp) = 77.400.000 + 90.000.000 =Rp. 223.200.000

75 %

Jika dalam tahun 20X1 PT. Eliona mencapai tingkat penjualan sebanyak 1,297 kg atau dalam rupiah Rp. 223.200.000, maka laba bersih diperkirakan Rp. 90.000.000

b. Perhitungan Impas dengan pendekatan grafis

Titik pertemuan antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya merupakan titik impas. Untuk dapat menentukan titik impas, harus dibuat grafik dengan sumbu datar menunjukkan volume penjualan, sedangkan sumbu tegak menunjukkan biaya dan pendapatan.

Jika harga jual produk persatuan sebesar c, kuantitas produk yang dijual sebesar X,biaya tetap sebesar a dan biaya variabel sebesar b persatuan x, untuk volume penjualan sebesar X maka :

Pendapatan penjualan = cx

Biaya variabel = bx

Biaya tetap = a

Contoh 4

Dalam contoh 2 diatas diketahui bahwa :

Harga jual produk persatuan (c) = Rp. 172.000

Biaya variabel persatuan (b) = Rp. 43.000

Biaya tetap pertahun (a) = Rp. 77.400.000

Untuk berbagai macam volume penjualan (x) pendapatan penjualan,biaya variabel,biaya tetap dan total biaya disajikan berikut ini:

Angka Rupiah Dalam Ribuan

Volume Penjualan

Pendapatan Penjualan

Biaya Variabel

Biaya tetap

Total Biaya

Laba

(Rugi)

x

cx

bx

a

a+bx

cx-(a+bx)

1.000

Rp.172.000

Rp. 43.000

Rp. 77.400

Rp.120.400

Rp. 51.600

800

137.600

34.400

77.400

111.800

25.800

600

103.200

25.800

77.400

103.200

0

400

68.800

17.200

77.400

94.600

(25.800)

200

34.400

8.600

77.400

86.000

(51.600)

Apabila data diatas disajikan dalam bentuk grafik, maka akan tampak pada gambar 9.2

Impas Dalam Lingkungan Manufaktur Maju

Karakteristik biaya produksi dalam lingkungan manufaktur maju ditandai dengan berkurangnya unsur biaya tenaga kerja langsung dan membesarnya proporsi biaya overhead pabrik. Teknologi manufaktur maju memungkinan peusahaan melakukan diversifikasi produk yang diproduksi dan menyebabkan semakin besarnya proporsi biaya overhead yang tidak berkaitan dengan unit produk yang diproduksi (non unit related overhead costs). Unsur biaya produksi dalam lingkungan manufaktur maju digambarkan pada gambar 9.3.

Setiap produk yang diproduksi mengkonsumsi non unit related overhead costs) dengan proporsi yang berbeda-beda.

Beda perhitungan impas konvensional dengan activity based costing terletak pada unsur biaya variabel berdasarkan perilaku biaya dalam hibungannya dengan unit level activities saja.

Dalam perhitungan impas konvensional, total biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel, yang dinyatakan dalam persamaan berikut ini :

K = a + bx

Keterangan :

K = total biaya

a = total biaya tetap

b = biaya variabel perunit

x = unit level activities

Dalam perhitungan impas berdasarkan activity based costing, total biaya terdiri dari biaya tetap dan berbagai tipe biaya variabel, yang dinyatakan dalam persamaan berikut ini :

K = a + b1x1 + b2x2 + b3x3

Keterangan :

k = Total biaya

a = facility sustaining activity cost

b1 = biaya variabel persatuan unit level activity

b2 = biaya variabel persatuan batch related activity

b3 = biaya variabel persatuan product sustaining activity

x1 = unit level activities

x2 = batch related activities

x3 = product sustaining activities

Jika harga jual persatuan produk sama dengan c, maka persamaan laba berdasarkan activity based costing adalah :

Y = cx1 - a – b1x1 – b2x2 – b3x3

Keterangan :

Y = laba

cx1 = Pendapatan penjualan (harga jual perunit kali kuantitas yang dijual yang ditunjukkan oleh unit level activities)

a = facility sustaining activity costs

b1 = biaya variabel persatuan unit level activity

b2 = biaya variabel persatuan batch related activity

b3 = biaya variabel persatuan product sustaining activity

x1 = unit level activities

x2 = batch related activities

x3 = product sustaining activities

Dari persamaan dapat dihitung rumus perhitungan impas berdasarkan activity based costing :

X’ = a + b2x2 + b3x3

c-b1

Keterangan :

x’= volume penjualan pada kondisi impas

a = facility sustaining activity costs

b1 = biaya variabel persatuan unit level activity

b2 = biaya variabel persatuan batch related activity

b3 = biaya variabel persatuan product sustaining activity

x1 = unit level activities

x2 = batch related activities

x3 = product sustaining activities

Contoh 5

PT X memproduksi satu macam produk dengan struktur biaya sebagai berikut :

Biaya variabel perunit Rp. 12.000

Biaya tetap setahun Rp. 100.000.000

Harga jual produk perunit Rp. 20.000

Impas dengan pendekatan konvensional :

Berdasarkan data tersebut dihitung impas dengan pendekatan konvensional yaitu :

Impas = Biaya tetap

= Harga jual perunit – biaya variabel perunit

= 100.000.000 _

20.000 - 12.000

= 12.500 unit

Impas dengan pendekatan activity based costing

Dengan pendekatan activity based costing, biaya diatas perlu dirinci lebih lanjut seperti disajikan berikut:

Jenis biaya Jumlah cost driver Cost driver Biaya/unit

Unit level activity costs

Biaya bahan baku Rp. 6.000

Biaya tenaga kerja langsung Rp. 5.000

Biaya overhead pabrik variabel Rp. 500

Biaya pemasaran variabel Rp. 500

Unit yg dijual Rp. 12.000

Batch related activity costs 20 jam setup Rp. 1.000.000

Product sustaining activity costs 1.000 jam rekayasa Rp. 30.000

Facility sustaining activity costs Rp. 50.000.000

Dari data diatas dapat dihitung biaya tetap sbb :

Batch related activity costs 20 x Rp. 1.000.000 Rp. 20.000.000

Product sustaining activity costs 1.000 x Rp. 30.000 30.000.000

Facility sustaining activity costs 50.000.000

Biaya tetap dgn pendekatan activity based costing Rp.100.000.000

Impas = Facility sustaining activity costs + Product sustaining activity costs + Batch related activity costs

Harga jual/unit – Unit level activity cost

= Rp. 50.000.000 + ( 20 x Rp. 1.000.000 ) + ( 1000 x Rp. 30.000)

Rp. 20.000 – Rp. 12.000

= 12.500 unit

2. Margin Of Safety

Analisis impas memberikan informasi mengenai berapa jumlah volume penjualan minimum agar perusahaan tidak menderita kerugian. Jika angka impas dihubungkan dengan angka pendapatan penjualan yang dianggarkan atau pendapatan penjualan tertentu, akan diperoleh informasi berapa volume penjualan yang dianggarkan atau pendapatan penjualan tertentu boleh turun agar perusahaan tidak menderita rugi. Selisih antara volume penjualan yang dianggarkan dengan volume penjualan impas merupakan angka margin of safety.

Dalam contoh 3, PT. Eliona merencanakan volume penjualan dalam tahun anggaran 20X1 sebesar Rp. 172.000.000 sedangkan menurut perhitungan, impas tercapai pada volume penjualan sebesar Rp. 103.200.000. Angka margin Of Safety adalah sebesar Rp. 68.800.000 (Rp. 172.000.000 – Rp. 103.200.000). Atau jika dinyatakan dalam persentase dari angka volume penjualan yang dianggarkan adalah sebesar 40% (Rp. 68.800.000 / Rp.172.000.000).

Angka margin of safety ini memberikan informasi berapa maksimum volume penjualan yang direncanakan tersebut boleh turun, agar perusahaan tidak menderita rugi atau dengan kata lain angka margin of safety memberikan petunjuk jumlah maksimum penurunan volume penjualan yang direncanakan,yang tidak mengakibatkan kerugian. Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa jika volume penjualan tahun 20X1 yang dianggarkan tersebut tidak dapat dicapai, maka maksimum penurunan yang boleh terjadi adalah sebesar Rp. 68.800.000 atau 40% nya, agar perusahaan tidak menderita kerugian.

Angka margin of safety ini berhubungan langsung dengan laba apabila dihubungkan dengan marginal income ratio (profit-volume ratio )

Laba = Profit volume ratio x Margin of safety ratio

Laba = Laba kontribusi x Margin of safety _

Pendapatan penjualan Pendapatan penjualan

Dengan memakai data dalam contoh 3 dapat diketahui bahwa :

Laba = 75 % x 40 % = 30 %

Margin of safety ( M/S ratio ) dapat pula dihitung dengan rumus :

M/S ratio = Profit ratio _

Profit-volume ratio

Dari contoh di atas M/S ratio = 30% = 40%

75%

3. Titik Penutupan Usaha ( Shut Down Point )

Apabila ditinjau dari sudut biaya, pengambilan keputusan untuk menutup usaha dilakukan dengan mempertimbangkan pendapatan penjualan dengan biaya tunai (cash cost atau out atau out of pocket cost atau biaya keluar dari saku). Biaya tunai adalah biaya-biaya yang memerlukan pembayaran segera dengan uang kas. Dalam pengambilan keputusan untuk menutup usaha harus diadakan pembedaan antara biaya keluar dari saku (out –of pocket cost ) dengan biaya terbenam (sunk cost ), yaitu pengeluaran yang dilakukan pada masa yang lalu, yang manfatnya masih dinikmati samapai sekarang). Contoh biaya terbenam adalah biaya depresiasi,amortasi dan deplesi.

Suatu usaha harus dihentikan apabila pendapatan yang diperoleh tidak dapat menutup biaya tunainya. Untuk mengetahui pada tingkat penjualan berapa suatu usaha harus dihentikan dapat dilakukan dengan mencari perpotongan antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya tunai dalam grafik impas.

Contoh 8

Apabila dalam contoh 3, biaya tetap sebesar Rp. 77.400.000 tersebut terdiri dari biaya keluar dari dari kantong Rp. 64.500.000 dan biaya terbenam ( sunk cost ) sebesar Rp. 12.900.000, maka dapat dibuat taksiran laba tunai dan laba akuntansi (accounting profit , yaitu pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya –biaya, baik terbenam maupun biaya keluar dari saku ).

Titik penutupan usaha dapat pula dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini :

Titik penutupan usaha = Biaya tetap tunai _

Contribution margin ratio

Jika datanya berasal dari contoh 3, titik penutupan usaha ditentukan sbb:

Titik penutupan usaha = 64.500.000 = Rp. 86.000.000

75%

Atau dalam satuan produk, titik penutupan usaha dihitung sbb:

Titik penutupan usaha = 64.500.000 = 500 kg

172000 – 43.000

Dengan demikian usaha pengolahan produk A dalam contoh 3 harus dihentikan jika penjualannya berada dibawah titik penutupan usaha sebesar Rp. 86.000.000 atau 500 kg.

4. Degree Of Operating Leverage (DOL)

Degree Of Operating Leverage memberikan ukuran dampak perubahan pendapatan penjualan terhadap laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Dengan parameter ini, manajemen akan dengan cepat mengetahui dampak setiap usulan kegiatan yang menyebabkan pendapatan penjualan terhadap laba bersih perusahaan.

Degree of operating Leverage dihitung dengan rumus :

DOL = Laba kontribusi

Laba bersih

Karena laba kontribusi berubah sebanding dengan perubahan pendapatan, dengan demikian setiap perubahan pendapatan penjualan dapatdiketahui dengan cepat dampak perubahannya terhadap laba bersih dengan menggunakan degree of operating leverage .

PT. Eliona

Laporan Laba rugi projeksian

Pendapatan penjualan Rp. 172.000.000

Biaya variabel 43.000.000

Laba kontribusi Rp. 129.000.000

Biaya tetap 77.400.000

Laba bersih Rp. 51.600.000

Dari laporan laba rugi projeksian diatas, pada tingkat penjualan Rp. 172.000.000, DOL perusahaan tersebut adalah sebesar 2,5 kali ( Rp. 129.000.000 / Rp. 51.600.000).

Pada tingkat penjualan tersebut jika misalnya Departemen pemasaran mengusulkan promosi produk dengan cara tertentu, yang diperkirakan akan mengakibatkan kenaikan volume penjualan sebesar 5%, maka dengan cepat manajemen dapat memperkirakan kenaikan laba bersih sebesar 12,5% (2,5 X 5 %)

DOL menjadi semakin tinggi jika perusahaan beroperasi disekitar keadaan impas. Misalnya PT.Eliona beroperasi pada volume penjualan 5% diatas impas, maka laporan laba rugi dan DOL dapat dilihat seperti berikut ini:

Pendapatan penjualan Rp. 108.360.000

Biaya variabel 27.090.000

Laba kontribusi Rp. 81.270.000

Biaya tetap 77,400.000

Laba bersih Rp. 3.870.000

Misalnya pendapatan penjualan mengalami penurunan 2% saja pada tingkat penjualan Rp. 108.360.000 tersebut, maka laba bersih akan mengalami penurunan sebesar 42 % (21 X 2%). Sebagai bukti dapat dilihat laporan laba rugi berikut:

Pendapatan penjualan Perubahan

turun 2%

Pendapatan penjualan Rp. 108.360.000 Rp. 106.192.800 -2 %

Biaya variabel 27.090.000 26.548.200

Laba kontribusi Rp. 81.270.000 Rp. 79.644.600

Biaya tetap 77.400.000 77.400.000

Laba bersih Rp. 3.870.000 Rp. 2.244.600 -42%

Penurunan pendapatan penjualan 2%, laba bersih turun sebesar Rp. 1.625.000 atau sebesar 42% (Rp. 1.625.400 / Rp.3.870.000).

Daftar Pustaka :

Mulyadi; Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa; Penerbit Salemba Empat; edisi 3; 2001